Review Novel Janshen

Bagi kalian yang sudah membaca atau menonton Danur, pasti tidak asing lagi dengan sosok hantu kecil sahabat Risa yang bernama Janshen.

Terbitnya buku mengenai sosok yang diceritakan memiliki postur tubuh kecil dan bergigi ompong namun menggemaskan ini menjadi buku terakhir dari rangkaian buku-buku yang menceritakan sahabat-sahabat kecil Risa (Peter, Hans, Hendrick, William dan Janshen). 

Bukunya sendiri (menurut saya) tidak terlalu tebal, dan desain sampulnya cukup berbeda dari rangkaian buku sahabat kecil lainnya. Bila dibuku-buku sebelumnya sampulnya terkesal gelap dan suram, tapi buku Janshen memiliki sampul dengan dominan warna pink muda dengan ilustrasi wajahnya yang sangat menggemaskan!

Buku ini saya dapatkan dengan setengah harga saat Harbolnas kemarin disuatu toko buku online. Meski proses hingga sampai kerumahnya sangat lama, tapi saya senang akhirnya bisa membaca buku si ompong lucu ini (Meski saya belum membaca Peter dan William karena belum sampai rumah -_-)



Detail Buku
Judul : Janshen
Penulis : Risa Saraswati
Penerbit : PT Bukune Kreatif Cipta
Tebal :  212 Halaman
Tahun Terbit : 2017
Harga : Rp. 71.500,- (2017)
No ISBN : 978-602-220-241-7
Dimensi : 140 mm x 200 mm
Sinopsis : 
“Risa, kau gemuk!”
“Risa, aku takut hujan!”
“Risa, aku benci disebut hantu!”
“Risa, seandainya gigiku tak ompong!”
“Risa, aku rindu Anna….”
“Risa… terima kasih, biarpun kau jelek, aku menyayangimu. Sama seperti sayangku kepada Annabelle. Jangan berhenti menemuiku karena menemuimu membuatku merasa hidup.”
—Jantje Heinrich Janshen—

Selama ini kita memanggilnya “Janshen”, padahal itu adalah nama belakang keluarganya. Sejak lahir, anak ini dianggap sebagai pembawa kebahagiaan karena siapa pun yang ada di sekitarnya selalu merasa bahagia.
Tak ada yang mau tahu bagaimana kisah hidupnya. Semua sahabat hantuku tak tertarik mencari tahu karena masalah terberat seorang Janshen hanyalah gigi ompong yang membuat anak itu menjadi bulan-bulanan.
Kupikir hidupnya selalu menyenangkan, kupikir harinya selalu dipenuhi tawa. Ternyata aku salah, anak sekecil dan selucu dia harus menghadapi banyak masalah hingga akhir hidup.

Selamat datang di kehidupan si hantu ompong favoritku. Selamat menyelami sisi gelap masa lalunya.

____

Sebelum saya membaca buku ini, saya pikir buku ini akan menyuguhkan cerita drama kehidupan (dan menuju kematian) yang amat sangat menyedihkan dan dramatis seperti dalam 2 buku yang saya baca sebelumnya (Hendrick dan Hans) , tapi ternyata TIDAK! Cerita dalam buku ini cukup menegangkan menurut saya.

Bersetting di daerah Bandoeng saat tentara Nippon belum (tapi OTW) menginjak  Hindia Belanda, kita diajak untuk kembali ke masa lalu dimana Janshen masih hidup. Dalam 21 bab, cerita mengenai kehidupan keluarga Janshen hingga Jantje meninggal dibunuh Nippon dikemas apik dan mudah dicerna. Rasanya sedih sekali membayangkan anak selucu Jantje (Janshen) harus mengalami nasib menyedihkan seperti itu.

Alur cerita dalam buku Janshen tidak berbelit-belit, tidak rumit, tidak pula bolak-balik menceritakan antara kehidupan lama Janshen dengan masa saat bersama Risa. Semuanya FULL tentang masa lalu Janshen dengan sudut pandang orang ketiga. (Sejujurnya saya lebih menikmati saat membaca Janshen dibanding dengan Hans karena alurnya yang tidak berbelit-belit hwhwhw). Hanya saja tokoh yang terasa dominan dan amat banyak merasakan derita konflik dalam novel Janshen ini adalah Annabelle, kakak kedua Janshen, bukan Janshen sendiri. Hal ini mungkin dikarenakan Janshen masih sangat kecil dan polos, jadi akan terasa ganjil bila Janshenlah yang dominan merasakan derita konflik dalam cerita. Selain itu, konflik yang diceritakan bukan hanya konflik antar keluarga tapi juga dibumbui dengan konflik antar anak lain yang tidak terlalu berat tapi tetap menarik (karena konon cerita ini berasal dari kisah nyata Janshen).

Untuk penggambaran setting tempatnya sendiri kurang terlalu detail dan bagus sehingga tidak begitu terasa kalau kita diajak ke Bandoeng zaman penjajahan. Namun untuk suasananya (terutama menuju bagian akhir) terasa sekali menegangkan dan mencekam.
DAAAN... saat konflik utamanya saya merasa bingung harus iba kepada para netherland yang sedang diburu bangsa Hindia Belanda ft. Nippon atau malah harus menyemangati bangsa Hindia belanda yang sedang memberontak demi merebut kemerdekaan (meski harus dijajah dulu sama jepang sih -____-).

Yah, jadi intinya dalam buku ini kita bisa merasakan tentramnya kehidupan keluarga Janshen, baiknya Annabelle, Lucu dan polosnya Janshen semasa hidup hingga tegangnya diburu oleh Nippon. Tapi sayangnya ada beberapa hal yang (menurutku) belum tuntas, seperti darimana Papa mengetahui cerita tentang Jantje, bagaimana nasib Annabelle (yang memang menjadi misteri), dsb. Tapi saya suka bagian prolognya xD, meski sedih bukunya sudah selesai saya baca, tapi bagian epilognya seolah menjadi pelengkap dari novel ini. 

Beberapa pesan yang bisa diambil dari novel ini adalah :
-          Sayangi dan pedulilah pada keluarga
-          Selalu taat kepada Tuhan YME
-          Berusahalah untuk bersikap baiklah dan tidak membeda-bedakan antar sesama manusa
-          Jangan terlalu percaya dengan orang baru
-          JANGAN GAMPANG PERCAYA COGAN BAEK YANG BARU DIKENAL ):

 Rate : 4,6/ 5


See Ya! ^^

0 komentar:

Post a Comment